Banyak orang percaya, mi instan mengandung lapisan lilin yang berbahaya
bagi kesehatan. Dugaan sejumlah orang, lilin digunakan untuk membuat mi
instan tahan lama. Hal ini pula yang menyebabkan beberapa orang selalu
membuang air rebusan mi instan pertama untuk menghindari bahaya lilin.
Benarkah hal tersebut?
Nutrition and Health Science manager dari Nutrifood Research Center,
Astri Kurniati S.T MAppSc menanggapi hal tersebut. Menurutnya, hingga
saat ini tidak ditemukan penggunaan lilin dalam mi instan dalam proses
produksi.
"Mi instan mengandung lilin itu mitos. Kami melihat, dalam proses
produksi nggak ada bahan lilin. Adonan yang dibuat seperti terigu, telur
dan sebagainya dicetak kemudian digoreng sampai kering. Kenapa
digoreng? Itulah yang membuat mi bisa tahan lama hingga berbulan-bulan,"
kata Astri saat ditemui dalam acara peluncuran buku 101 Mitos Kesehatan
di Plaza Senayan, Jakarta, Rabu (2/12/2014).
Sedangkan air yang keruh setelah merebus mi instan, kata Astri, itu
disebabkan oleh pelepasan sebagian pati dan lemak dari proses menggoreng
mi. Inilah yang membuat mi instan kaya lemak jenuh sehingga tidak baik
dikonsumsi berlebihan.
Yang menarik, dalam buku 101 Mitos Kesehatan disebutkan cara mengonsumsi
mi instan agar menjadi lebih sehat. Pertama, kurangi penggunaan bumbu
mi untuk mengurangi asupan garam harian, Kedua, konsumsi mi instan
dengan banyak sayuran seperti sawi atau bayam. Ketiga, padankan mi
instan dengan protein seperti telur. Selebihnya, pilih mi instan yang
di-oven (air dried), bukan digoreng.